Breaking News
Loading...
Sabtu, 23 Agustus 2014

Budidaya Buah Durian

04.16

I.    Pendahuluan

Tanaman  durian  merupakan  tanaman  buah  berupa  pohon. Tanaman durian semula berupa tanaman liar yang berasal dari hutan Malaysia,Sumatra, dan Kalimantan. Buah durian sangat digemari hampir semua orang dan sudah dikenal di Asia Tenggara sejak abad VII Masehi. Buah durian  rasanya manis,  harum  dengan  warna  dagingnya putih  sampai kekuningan dan banyak mengandung kalori, vitamin, lemak dan protein. Di Thailand budidaya tanaman durian sudah dilakukan secara intensif dalam kawasan berbentuk kebun yang cukup luas, sedang di Indonesia pada umumnya masih berupa tanaman yang di tanam di pekarangan. Manfaat tanaman durian selain diambil buahnya, pohonnya dapat dipakai sebagai pencegah erosi di lahan yang miring, batangnya dapat digunakan sebagai  bahan tinggi,  sehingga bangunan,  bijinya  mempunyai  kandungan  pati  cukup dapat  dipakai  sebagai  alternatif  pengganti  makanan, kulitnya dapat dipakai sebagai bahan abu gosok yang bagus.

II.    Syarat Tumbuh

a.    Iklim.
Durian tumbuh dengan baik di daerah tropika basah dengan curah hujan > 2.000 mm/tahun dan tersebar merata sepanjang tahun dengan lama bulan basah 9-10 bulan/tahun dan 1-2 bulan kering  sebelum berbunga. Intensitas cahaya 40-50%, dengan suhu 22-30ºC.
b.    Ketinggian Tempat.
Ketinggian tempat yang baik antara 100-500 M dpl, jika ditanam pada daerah yang lebih tinggi akan menurunkan mutunya.
c.    Tanah.

Tanaman durian akan tumbuh dengan baik pada tanah dengan pH 5-7 dan optimum pada pH 6-6,5.
Kondisi drainase lahan harus baik, dengan kedalaman air tanah antara 50-150 cm dan 150-200 cm, karena akar durian sangat peka (busuk)  bila terendam air.
Tanah grumosol dan andosol cocok untuk tanaman durian.
Tanah subur dan kaya kandungan bahan organik.

III.    Budidaya

a.    Pengolahan lahan.

Lahan dibersihkan dari rerumputan, sisa tebangan, tanaman liar, kemudian dibajak/dicangkul
Di sekitar kebun perlu dibuat saluran drainase guna menghindari adanya genangan.
Kegiatan pengolahan lahan dilakukan sebelum musim hujan.
b.    Penanaman.

Jarak tanam 10 x 10 M untuk jenis durian genjah, dan 12 x 12 M untuk jenis durian sedang dan dalam.
Lubang tanam dengan ukuran 80 x 80 x 70 cm atau 70 x 70 x 60 cm atau  disesuaikan  dengan  jenis  tanah  dan  kondisi  lahan,  tanah galian bagian atas (20 cm) dipisahkan dengan tanah galian bagian bawah dan dibiarkan selama 2-3 minggu.
Lubang  tanam  ditutup  kembali,  dengan  tanah  galian  atas  lebih dahulu dimasukkan setelah dicampur dengan pupuk organik/pupuk kompos sebanyak +  30 kg/lubang.
Penanaman dilakukan awal musim hujan pada sore hari agar bibit yang sudah ditanam tidak langsung terkena matahari.
Bibit ditanam sekitar 5 cm di atas pangkal batang dan diikat pada batang kayu/bambu agar tanaman dapat tumbuh tegak lurus.
Bibit    yang sudah ditanam sebaiknya diberi naungan untuk menghindari sengatan matahari curah hujan yang lebat. Naungan dapat dibongkar setelah tanaman berumur 3-5 bulan.
Tanah di sekitar tanaman sebaiknya ditutup rumput/jerami kering sebagai mulsa, agar kelembaban tanah dapat stabil.
c.    Pemeliharaan.

Penyiangan, dilakukan   untuk membuang gulma yang tumbuh di sekitar tanaman (1 m dari batang pohon) yang akan mengganggu pertumbuhan tanaman.
Penyiraman, hal-hal yang perlu diperhatikan :
Tahap  awal  pertumbuhan  penyiraman  dilakukan  setiap  hari pagi dan sore hari, tetapi tanah tidak boleh tergenang terlalu lama (terlalu basah).
Kebutuhan air pada masa vegetatif 4-5 L/hari dan pada masa produktif 10-12 L/hari.
Setelah  tanaman  berumur  satu  bulan  penyiraman  dilakukan 3x/minggu. Jika tanaman sudah berbuah, penyiraman harus diperhatikan karena kalau kekurangan air dapat mengakibatkan kerontokan buah.
Tanaman durian akan membutuhkan banyak air setelah panen karena diperlukan untuk memulihkan kondisi tanaman menjadi normal kembali.
     3.  Pemupukan   pada   tanaman   yang   belum   berbuah, dilakukan dengan dosis sbb:
     a.  Pemupukan  NPK  (15:15:15)  dilakukan  2  kali/tahun,  dengan dosis sbb:

Tanaman  umur  1  tahun,  dosis  pupuk  NPK  40  -  80  gr/pohon/tahun.
Tanaman umur 2 tahun, dosis pupuk NPK 150 - 300 gr/pohon/tahun.
Tanaman umur 3 - 4 tahun, dosis pupuk NPK 400 - 600 gr/pohon/tahun.
     b.  Pupuk organic/kompos/pupuk kandang diberikan setahun sekali pada akhir musim hujan dengan dosis minimal 15-20kg/pohon.
    4.   Pemupukan  pada  tanaman  yang  sudah  menghasilkan/berbuah, dengan dosis/pohon sbb :

Sesudah pemangkasan, pupuk organik 40-60 kg, urea 670 gr, SP-36 890 gr, KCl 530 gr
Saat pucuk mulai menua, urea 335 gr, SP-36 445 gr, KCl 265gr
Dua bln setelah pemupukan kedua, urea 180 gr, SP-36 650 gr, KCl 150 gr
Saat muncul bunga, urea 45 gr, SP-36 225 gr, KCl 100 gr
Satu bulan sbelum panen, urea 180 gr, SP-36 650 gr,  KCl 150gr.
   5. Cara memupuk, dibuat selokan melingkari tanaman dengan garis tengah selokan disesuaikan    dengan lebarnya tajuk pohon. Kedalaman selokan dibuat 20-30 cm dan tanah cangkulan disisihkan di pinggirnya. Sesudah pupuk disebarkan secara merata ke dalam selokan, tanah tadi dikembalikan untuk menutup selokan dan diratakan.  Apabila  tanah  dalam  keadaan  kering segera lakukan penyiraman.
     6.  Pemangkasan akar.

Pemangkasan akar akan menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman  sampai  40%  selama    1  musim.  Selama  itu  pula tanaman tidak dipangkas. Pemangkasan akar selain membuat tanaman menjadi cepat berbuah juga meningkatkan kualitas buah,  buah lebih keras dan lebih tahan lama.
Waktu pemotongan akar paling baik pada saat tanaman mulai berbunga, paling lambat 2 minggu setelah berbunga. Jika dilakukan melewati batas, hasil
tanaman durian diiris sedalam 60-90 cm dan sejauh 1,5-2 meter dari panen berkurang dan pertumbuhan terhambat.
Cara pemotongan: kedua sisi barisan pangkal batang.
     7.  Pemangkasan bentuk, dilakukan dengan :

Tanaman sudah berumur 1 tahun.
Pelihara satu batang utama, potong calon cabang primer yang tidak diinginkan (cabang dengan pertumbuhan terlalu panjang, tidak normal atau terserang hama & penyakit), cabang-cabang primer terpilih diatur jaraknya sekitar 40-60 cm.
Pertumbuhan    cabang    diarahkan    supaya    mendatar    atau membentuk sudut sekitar 90 derajat dengan batang utama, dengan mengikat pucuk cabang dengan tali yang diberi pemberat.
Tunas-tunas    liar    yang    tumbuh    di    cabang    terpilih    harus dipangkas dan sisakan 1-2 cm dari pangkal cabang.
Tinggi  tanaman  dipertahankan  sekitar  4  m  dari  permukaan tanah dan cabang terendah berjarak 0,7-1 m dari permukaan tanah.
Oleskan  pada bagian yang dipangkas dengan ter/meni/pestisida
     8.  Pemangkasan pemeliharaan, dilakukan dengan :

Tanaman sudah mulai berproduksi pertama
Memangkas cabang bersudut kecil, cabang dan ranting yang terserang hama & penyakit. Pemangkasan ranting pada cabang besar/produktif dibersihkan dengan menyisakan 1/3 bagian ujung
Memangkas cabang/tunas liar yang tumbuh    tidak    pada tempatnya
Memangkas dahan dan ranting yang rapat, bersilangan atau tersembunyi/terlindung
Memangkas dahan dan rantingyang lemah serta tajuk bagian atas yakni turun 1 ruas pada ujung ranting (terminal)
Memangkas dahan dan ranting yang pertumbuhannya ke arah dalam tajuk atau ke arah bawah
Pertahankan ketinggian optimal 3-4 m atau 5-6 m
Oleskan pada bagian yang dipangkas dengan ter/meni/pestisida
     9.  Penyerbukaan buatan, dilakukan dengan :

Mengumpulkan serbuk sari dalam kantong plastic bersih dengan menggoyang-goyangkan bunga atau disapu dengan kuas halus
Melakukan penyerbukan buatan pada malam hari jam 19.00-21.00,  dengan  mengoleskan  serbuk  sari  ke  kepala  putik memakai kuas halus
   10.  Penjarangan buah. Penjarangan buah bertujuan untuk mencegah kematian durian agar tidak menghabiskan energinya untuk proses pembuahan. Penjarangan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup, rasa buah, ukuran buah dan frekuensi pembuahan setiap tahunnya. Penjarangan dilakukan bersamaan dengan proses pengguguran bunga, begitu gugur bunga selesai, besoknya harus dilakukan penjarangan (tidak boleh ditunda-tunda).

Penjarangan dilakukan secara :
a.    Penjarangan secara mekanis, dilakukan :

Pada saat buah sebesar bola tenis dengan menyisakan tiap dompol 1-2 buah dengan bentuk normal, sehat dan bebas dari hama & penyakit,
Buah  tidak  saling  bersinggungan  dengan  membuat  jarak antara dompol dalam satu cabang 20-30 cm.
b.    Penjarangan  kimiawi,  yaitu  dengan  menyemprotkan  hormon tertentu (Auxin A), pada saat bunga atau bakal buah baru berumur sebulan. Pada saat itu sebagian bunga sudah terbuka dan sudah dibuahi. Ketika hormon disemprotkan, bunga yang telah dibuahi akan tetap meneruskan pembuahannya sedangkan bunga  yang belum sempat dibuahi akan mati dengan sendirinya.

d.    Hama dan Penyakit.
1.    Hama
a)    Penggerek buah (Jawa : Gala-gala), bagian yang diserang buah.
Gejala, buah yang diserang kadang-kadang jatuh sebelum tua. Pengendalian dilakukan dengan cara :
1)    Kultur teknis yaitu,
•    membungkus/membrongsong buah terpilih sejak dini
•    pengasapan   di   bawah   pohon   pada   sore   hari   untuk mengusir imago
2)    Mekanis yaitu, mengumpulkan buah yang terserang hama dan gugur untuk dimusnahkan/dikubur
3)    Biologis yaitu, menggunakan semut rang-rang untuk mengusir imago atau menggunakan musuh alami lain yaitu lalat Tachinidea (Argyroplax basifulfa), Ventura, sp.
4)    Kimiawi  yaitu,  penyemprotan  insektisida,  seperti  Basudin, Sumithion 50 AC, Thiodan 35 EC, dengan dosis 2-3 cc/liter air.
b)    Lebah mini, gejala, bagian yang diserang ranting dan daun.
Gejala: penggerekan ranting-ranting muda dan memakan daun- daun muda. Pengendalian yaitu,  menggunakan parvasida, seperti Hostathion 40   EC   (Triazofos   420   gram/liter),   dan   insektisida,   seperti Supracide 40 EC dosis 420 gram/liter dan Temik 106 (Aldikarl 10%).
c)    Ulat penggerek bunga.
Gejala  :  kuncup  bunga  terserang  akan  rusak  dan  putiknya banyak yang berguguran, benang sari dan tajuk bunga rusak semua, sedangkan kuncup dan putik patah karena luka digerek ulat.
Pengendalian yaitu, menyemprotkan obat-obatan seperti Supracide 40     EC, Nuvacrom SWC, Perfekthion 400 EC (Eimetoat 400 gram/liter).
d)    Kutu loncat durian, bagian yang diserang daun.
Gejala : kutu loncat bergerombol menyerang pucuk daun yang masih muda dengan cara menghisap cairan pada tulang-tulang daun sehingga daun-daun akan kerdil dan pertumbuhannya terhambat; setelah menghisap cairan, kutu ini mengeluarkan cairan getah bening yang pekat rasanya manis dan merata ke seluruh  permukaan daun  sehingga mengundang  semut-semut bergerombol.
Pengendalian dilakukan dengan cara :
1)    Kultur teknis yaitu, dilakukan sanitasi kebun terutama daun kering
2)    Mekanis  yaitu,  daun  dan  ranting-ranting  yang  terserang dipangkas dan dimusnahkan
3)    Kimiawi yaitu,   menyemprotkan insektisida Supracide 40 EC dosis 100-150 gram/5 liter air.
e)    Penggerek batang dan cabang.
Gejala : adanya lubang kecil bekas gerekan pada batang, dahan atau ranting dan mengeluarkan cairan dan kotoran berwarna kemerahan,  akibatnya  tanaman  kering,  daun  layu/rontok  dan mati.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara :
1)    Kultur teknis, sanitasi kebun dari gulma dan tanaman inang seperti tanaman jeruk, kopi, kakao, sirsak dll.
2)    Mekanis, memotong bagian tanaman yang terserang 5 cm di bawah lubang gerek, kemudian membakarnya supaya larva mati atau memasukkan kawat ke dalam lubang gerekan sehingga larva mati karena tertusuk kawat.
3)    Biologis, menggunakan musuh alami yaitu Brazon zeuzerae (fam. Tachinidea) dan cendawan Beauveria bassiana.
4)    Kimiawi, aplikasi parafin karbolinium plantarum dengan dosis 2  cc/L  atau  menginfus  tanaman  menggunakan  insektisida sistemik melalui batang atau ujung akar.
f)    Rayap, bagian yang terserang batang.
Gejala : adanya alur atau terowongan dari tanah yang menempel di batang.
Pengendalian dilakukan dengan cara :
1)    Kultur teknis yaitu,    membersihkan kebun dari sisa bonggol kayu atau gulma dan membersihkan batang tanaman dari alur/terowongan rayap
2)    Kimiawi  yaitu, menggunakan  Furadan  disekeliling   pohon dengan dosis 30-50 gr/pohon atau aplikasi insektisida Decis 2,5 EC, Diazinon 600 EC sesuai dosis anjuran.
g)    Kumbang daun dan buah muda.
Gejala : adanya perubahan warna pada bagian yang terserang (warna perunggu) serta permukaan atas daun terdapat bercak berwarna kekuningan.
Pengendalian dilakukan dengan cara:
1)    Biologis,  menggunakan  musuh  alami  predator  dari  Fam. Coccinellidae dan Chrysophidae.
2)    Kimiawi,  aplikasi  akarisida  Antimit  570  EC  (bahan  aktif progargit) dosis 7 cc/liter.
h)    Penggerek biji.
Gejala  :  lubang  pada  kulit  buah  kemudian  masuk  ke  dalam daging buah hingga ke dalam biji.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara :
1)    Kultur   teknis   yaitu,   memusnahkan   buah   dan   biji   yang terserang
2)    Mekanis yaitu,
•    membungkus/membrongsong buah terpilih sejak dini
•    pengasapan   di   bawah   pohon   pada   sore   hari   untuk mengusir imago
3)    Kimiawi yaitu, penyemprotan dengan insektisida terdaftar dan berijin, dilakukan setelah tanaman selesai berbunga.
i)    Kutu dompolan, bagian yang terserang bunga dan buah.
Gejala : bunga dan buah muda yang terserang menjadi gugur. Pengendalian dilakukan dengan cara :
1)    Kultur teknis yaitu,
•    Pemupukan dan pengairan yang seimbang, sesuai rekomendasi
•    hindarkan tanaman durian dari tanaman inang hama
2)    Mekanis  yaitu,  sanitasi  lingkungan  dengan  memusnahkan bagian tanaman yang terserang  dan membersihkan gulma di sekitar tanaman durian
3)    Biologis yaitu,
•    pemanfaatan musuh alami seperti semut hitam, cendawan parasit Empusa fresenil, atau predator Cryptolaemus montrouzieri
•    penggunaan insektisida botani seperti larutan umbi bawang putih dicampur cabai
4)    Kimiawi yaitu,
•    aplikasi  insektisida  bila  dijumpai  kerusakan  buah  20% setelah penjarangan ketiga
•    mencegah datangnya semut yang membawa kutu, dengan cara melilitkan kain, yang telah dibasahi insektisida, pada batang/cabang tanaman.
j)    Tupai, bagian yang terserang buah.
Gejala  :  bagian  permukaan  kulit  buah  rusak  sampai  bagian daging buah.
Pengendalian dilakukan dengan cara :
1)    Mekanis yaitu,
•    melakukan pembersihan tanaman terutama pada bagian yang menjadi sarang tupai
•    mengusir tupai dengan cara gropyokan, perangkap,atau menembak dengan senapan angin
2)    Kimiawi yaitu, dengan umpan buah-buahan yang sudah diberi racun, seperti Klerat atau Furadan.
2.    Penyakit
a)    Phytopthora parasitica dan Pythium complectens, bagian yang terserang buah.
Gejala : daun durian yang terserang menguning dan gugur mulai dari daun yang tua; cabang pohon kelihatan sakit dan ujung- ujungnya mati, diikuti dengan berkembangnya tunas-tunas dari cabang  di  bawahnya;  kulit  di  atas  permukaan  tanah  menjadi coklat dan membusuk; pembusukan pada akar hanya terbatas pada akar-akar sebelah bawah, tetapi dapat meluas dari ujung akar lateral sampai ke akar tunggang; dilihat dari luar akar yang sakit tampak normal, tetapi jaringan kulitnya menjadi colat tua dan jaringan pembuluh menjadi merah jambu.
Pengendalian dilakukan dengan cara :
1)    Kultur teknis yaitu,
•    pilih bibit durian kerikil untuk batang bawah karena jenis ini lebih tahan terhadap serangan jamur sehingga dapat terhindar dari serangan penyakit busuk
•    upayakan  drainase yang  baik  agar  tanah  tidak terlalu basah dan air tidak mengalir ke permukaan tanah pada waktu hujan
2)    Mekanis yaitu, pohon yang sakit dibongkar sampai ke akarnya dan dibakar.
b)    Kanker batang.
Gejala  :  kulit  batang  durian  yang  terserang  mengeluarkan blendok (gum) yang gelap; jaringan kulit berubah menjadi merah kelam, coklat tua atau hitam; bagian yang sakit dapat meluas ke dalam  sampai ke kayu; daun-daun rontok  dan ranting-ranting muda dari ujung mulai mati.
Pengendalian dilakukan dengan cara :
1)    Kultur teknis yaitu :
a)    Perbaikan drainase agar air hujan tidak mengalir di permukaan tanah
b)    menanam tanaman yang tahan terhadap penyakit tersebut
c)    memangkas daun yang tidak produktif untuk mengurangi kelembaban kebun
d)    melakukan rotasi tanaman
e)    melakukan  pemupukan  dengan  pupuk  organik/kandang yang dicampur kapur dan mengupayakan pH tanah 6,5
2)    Mekanis yaitu,  eradikasi tanaman sakit parah/mati, kulit yang sakit dikerok/dibuang sampai bagian yang sehat kemudian dibakar. Luka kerokan dibuat oval meruncing di bagian tas dan bawah sehingga luka cepat tertutup. Luka kerokan kemudian diolesi fungisida dan ditutup dengan karbolinum
3)    Biologis    yaitu,    aplikasi    jamur    antagonis,    Trichoderma harzianum, ke permukaan tanah
4)    Kimiawi yaitu, mengkored/mengupas kulit yang sakit sampai ke kayunya yang sehat dan potongan tanaman yang sakit harus dibakar, sedangkan bagian yang terluka diolesi fungisida, misalnya Difolatan 4 F 3%.
c)    Jamur upas, bagian yang diserang cabang tanaman.
Gejala : pada cabang-cabang dan kulit kayu terdapat benang- benang jamur mengkilat seperti sarang laba-laba pada cabang-cabang. Jamur berkembang menjadi kerak berwarna merah jambu    dan masuk ke dalam kulit dan kayu sehingga menyebabkan matinya cabang.
Pengendalian dilakukan dengan cara :
1)    Kultur teknis yaitu, memangkas bagian tanaman yang tidak produktif untuk mengurangi kelembaban
2)    Mekanis  yaitu,  jika  jamur  sudah  membentuk  kerak  merah jambu sebaiknya dilakukan pemotongan cabang kira-kira lebih 30 cm ke bawah ke bagian yang berjamur dan dimusnahkan
3)    Kimiawi,
•    Melumasi cabang yang terserang dengan fungisida, misalnya calizin RM
•    menyemprotkan Antrocol 70 WP (propineb 70,5%), dosis 100-200 gram/liter air atau 1-1,5 kg/ha aplikasi.
d)    Busuk buah.
Gejala awal serangan terdapat bercak-bercak basah berwarna coklat kehitaman pada kulit buah, kemudian busuk pada bagian yang  terserang  terbentuk  miselium  dan  sporangia  berwarna putih.
Pengendalian dilakukan dengan cara :
1)    Kultur teknis yaitu,
•    Perbaikan drainase supaya tanah tidak terlalu basah/lembab
•    areal pertanaman dibersihkan dari tanaman inang patogen seperti pepaya, nenas, jeruk dan coklat
2)    Mekanis yaitu,
•    memangkas daun dan dahan yang kurang diperlukan untuk mengurangi kelembaban
•    pemusnahan buah yang terserang penyakit
•    menghindari buah hasil panen bersentuhan dengan tanah
•    tinggi cabang terbawah minimal 1 m.
e)    Busuk akar.
Gejala : timbulnya bercak nekrotik pada akar lateral dimulai dari bagian  ujung;  pada  tingkat  serangan  yang  tinggi,  di  atas permukaan tanah terdapat ujung cabang pohon yang mati, diikuti dengan berkembangnya dari cabang  di bawahnya,  daun  layu dan gugur.
Pengendalian dilakukan dengan cara :
1)    Kultur teknis yaitu,
•    perbaikan drainase agar tanah tidak terlalu lembab/basah
•    penggunaan batang bawah yang tahan penyakit
2)    Mekanis yaitu,
•    menghindari luka mekanis pada bagian akar dan pangkal batang pada waktu pemeliharaan tanaman
•    membongkar (eradikasi) tanaman yang terserang berat dan akarnya dimusnahkan
3)    Kimiawi yaitu, menggunakan fungisida sistemik dengan cara dikocorkan atau diinfuskan ke akar
f)    Bercak daun.
Gejala  :  adanya  bercak-bercak  kecil  basah  pada  daun  yang semakin melebar, daun kemudian mengering dan gugur. Pengendalian dilakukan dengan cara :
1)    Kultur teknis yaitu, memperlebar jarak tanam.
2)    Kimiawi yaitu, penyemprotan fungisida dan penyiraman yang teratur sejak dari pembibitan

ReadMore : bp2sdmk

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer