Faktor-faktor Perkecambahan
Perkecambahan benih sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal berhubungan dengan kondisi benih yang dikecambahkan, sedangkan faktor eksternal lebih berkaitan dengan lingkungan.
1. Faktor Internal
a. Tingkat Kemasakan Benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tidak mempunyai viabilitas tinggi. Bahkan pada beberarapa jenis tanaman menyebabkan tidak dapat berkecambah. Benih yang belum masak secara fisiologis belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan embrio belum sempurna. Contoh benih tomat (Lycopersicon esculentum Mill) yang belum masak dapat berkecambah serta menghasilkan tananaman normal. Tetapi benih tersebut tidak memiliki kekuatan tumbuh dan ketahanan terhadap keadaan yang tidak baik seperti pada benih masak.
b. Ukuran Benih
Benih yang berukuran besar diduga memiliki cadangan makanan lebih banyak dibandingkan benih yang kecil, serta embrionya juga besar. Makin besar/berat suatu benih maka kandungan kabrbohidrat, protein, lemak dan mineral yang diperlukan untuk perkecambahan semakin banyak pula. Maka benih besar dan berat akan menghasilkan kecambah yang besar pula.
Walaupun benih berasal dari varietas yang sama, ukuran yang lebih besar akan mampu tumbuh relatif cepat dibandingkan dengan ukuran benih yang lebih kecil. Kandungan cadangan makanan akan mempengaruhi berat suatu benih.
Hal ini tentu akan mempengaruhi kecepatan tumbuh benih, karena benih yang berat dengan kandungan cadangan makanan yang banyak akan menghasilkan energi yang lebih besar saat mengalami proses perkecambahan. Hal ini akan mempengaruhi besarnya kecambah yang keluar dan berat tanaman saat panen.
Jaringan penyimpanannya benih memiliki karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio pada saat perkecambahan. Ukuran benih menunjukkan korelasi positif terhadap kandungan protein pada benih sorgum (Sorghum vulgare), makin besar/berat ukuran benih maka kandungan proteinnya makin meningkat pula.
c. Dormansi
Benih yang mengalami dormansi tidak mau berkecambah meskipun sebenarnya hidup dan kondisi lingkungan optimum (sesuai). Dormansi dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : impermeabilitas kulit biji terhadap air atau gas, resistensi kulit biji terhadap pengaruh mekanis dll. Dormansi benih akan dibahas lebih luas pada bab berikutnya.
d. Penghambat Perkecambahan
Banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan benih, misalnya herbisida, lendir yang melapisi biji tomat. Biji pada buah tomat yang masak tidak akan berkecambah dalam buah, meskipun suhu, kelembaban dan kadar oksigennya sesuai.
Apabila biji dikeluarkan dari buah, dikeringkan kemudian ditanam, biji itu akan segera berkecambah.
Hal ini disebabkan karena dalam biji tomat mengandung inhibitor yaitu zat dapat menghambat pertumbuhan pada tanaman.
Buah tomat (Solanum lycopersicum) mengandung asam absisat (ABA) yang merupakan zat penghambat (inhibitor) perkecambahan. Lendir dalam buah tomat merupakan bagian yang mengandung ABA, (gambar 2.3).
Jeruk nipis (Cytrus aurantifolia) mengandung asam askorbat yang mengganggu penyerapan panjang gelombang cahaya, sehingga menghambat perkecambah-an benih. sama halnya dengan buah tomat, bagian dalam buah jeruk nipis pada daging buah mengandung asam askorbat, (gambar 2.3.).
Mekanisme penghambatan biji pada asam askorbat pada jeruk nipis berlangsung secara kimiawi.
Ada satu percobaan yang dilakukan untuk membuktikan pengaruh inhibitor terhadap perkecambahan benih padi (Oryza sativa).
Percobaan dilakukan dengan merendam benih pada ke dalam larutan ekstraksi buah tomat, buah jeruk, dan air biasa. Hasil percobaan menunjukkan benih padi yang direndam dalam larutan ekstraksi jeruk maupun ekstraksi buah tomat tidak dapat berkecambah.
Benih padi yang direndam dengan air biasa dapat berkecambah.
Hal ini menunjukkan ekstraksi buah tomat dan jeruk mengandung inhibitor yang dapat menghambat perkecambahan benih padi tersebut.
1. Faktor Luar
a. Air
Syarat penting berlangsungnya perkecambahan yaitu adanya air. Dua faktor penting yang mempengaruhi penyerapan air pada benih yaitu sifat pelindung kulit benih dan jumlah air yang tersedia disekitarnya. Sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu. Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke dalam benih hingga 80 - 90 % dan umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 - 55 %. Kondisi media yang terlalu basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang timbulnya penyakit serta busuknya benih karena cendawan atau bakteri.
b. Temperatur
Pengaruh suhu terhadap perkecambahan benih dapat dicerminkan melalui suhu kardinal, yaitu suhu minimum, optimum, dan maksimum dimana perkecambahan dapat terjadi (gambar 2.5). Suhu minimum yaitu suhu terendah dimana perkecambahan dapat terjadi, suhu di bawah suhu tersebut tidak memungkinkan perkecambahan terjadi. Suhu optimum yaitu suhu di mana perkecambahan tertinggi dicapai pada periode terpendek. Suhu maksimum yaitu suhu tertinggi di mana perkecambahan dapat terjadi, di atas suhu tersebut tidak terjadi perkecambahan karena merupakan batas ambang kritis benih tidak dapat hidup (mati).
Temperatur yang paling optimum untuk perkecambahan benih antara 20-35°C. Temperatur antara 0-5°C kebanyakan benih gagal berkecambah atau terjadi kerusakan yang menyebabkan abnormal. Benih jagung memerlukan suhu minimum untuk berkecambah antara 8-10°C, suhu optimum 32-35°C, dan suhu maksimum 40-44°C. Sementara itu benih gandum hitam suhu minimum untuk berkecambah antara 3-5°C, suhu optimum 25-31°C, dan suhu maksimum 30-40°C.
c. Oksigen
Saat perkecambahan, berlangsung proses respirasi disertai peningkatan pengambilan oksigen, pelepasan karbondioksida, dan air serta energi berupa panas.
Terbatasnya oksigen yang dipakai akan mengakibatkan terhambatnya proses perkecambahan benih.
Kebutuhan oksigen sebanding dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikroorganisme yang terdapat dalam benih.
Mikroorganisme bisa menjadi kompetitor (pesaing) benih dalam penyerapan oksigen, sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi perkecambahan benih.
Umumnya benih akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29 % oksigen dan 0.03 % CO2. Namun untuk benih yang dorman, perkecambahannya akan terjadi jika oksigen yang masuk ke dalam benih ditingkatkan sampai 80 %, karena biasanya oksigen yang masuk ke embrio kurang dari 3 %.
d. Cahaya
Benih yang dikecambahkan pada keadaan kekurangan cahaya atau gelap dapat mengalami etiolasi. Etiolasi yaitu terjadinya pemanjangan yang tidak normal pada hipokotil atau epikotil dan kecambah berwarna pucat serta lemah.
e. Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan harus bersifat gembur, mempunyai kemampuan menyimpan air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama cendawan “damping off”.
0 komentar:
Posting Komentar